New Normal, Mencoba Normal dalam Ketidaknormalan
(Fitria Suryaningsih/KSEI IAIN Purwokerto)
Istilah New Normal pertama kali muncul pada tanggal 18 Mei 2008 dalam artikel yang ditulis oleh Rich Miller dan Matthew Benjamin berjudul “Post-Subprime Economy Means Subpar Growth as New Normal in U.S”. Tahun 2009, istilah tesebut muncul kembali dalam kolom opini berjudul “Prepare for the Best” yang ditulis oleh Paul Glover di media daring Philadelphia Citypaper. Pada saat itu, istilah new normal yang dimaksud oleh Glover adalah sebagai masa depan dunia yang sangat memperhatikan isu lingkungan. Di tahun 2020 ini akan kembali muncul istilah tersebut di tengah pandemi COVID-19 yang telah memakan ribuan jiwa manusia.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus virus corona yang terbilang banyak yakni mencapai 24.538 kasus. Setelah diberlakukannya programWFH, social distancing, hingga PSBB yang dianggap tidak efektif karena tidak terjadi penurunan jumlah kasus, maka pemerintah telah mempersiapkan Indonesia untuk memasuki fase kenormalan baru di tengah pandemi ini. New normal diberlakukan untuk kembali menggerakan roda perekonomian yang sempat terhenti dan tertahan akibat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar. Jadi, new normal adalah keadaan atau fase dimana PSBB dilonggarkan dan masyarakat dapat melakukan aktivitasnya seperti semula namun dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditentukan.
Protokol kesehatan yang ditetapkan antara lain setiap orang diwajibkan untuk memakai masker, mencuci tangan sesering mungkin atau menggunakan hand sanitizer, menghindari kerumunan serta jaga jarak fisik. Tempat-tempat umum atau kantor hendaknya menyediakan fasilitas cuci tangan, hand sanitizer, pengukuran suhu tubuh dan disinfektan sehingga memungkinkan terjaminnya layanan dan tempat yang aman, bersih, dan higienis. Selain itu, wajib pula memasangan spanduk atau banner sosialisasi terkait standar protokol kesehatan.
Kementrian Ekonomi telah melakukan kajian awal terkait pemulihan ekonomi yang dilakukan dalam 5 fase atau tahapan yang rencananya akan dimulai pada 1 Juni 2020. Diharapkan pada akhir Juli atau awal Agustus seluruh kegiatan ekonomi dapat dibuka kembali namun dengan tetap mempertahankan protokol dan standar kesehatan yang ketat. New normal akan diterapkan pada berbagai aspek kehidupan secara bertahap. Dalam dunia kerja akan tetap pada program Work From Home, untuk perusahaan yang tidak dapat melakukan kegiatan produksinya di rumah akan dilakukan pembatasan pada jumlah karyawan di tempat kerja, meningkatkan standar kebersihan dan kesehatan dalam lingkungan perusahaan, pertemuan dan rapat online sehingga perjalanan dinas dibatasi. Dalam dunia pendidikan pembelajaran akan dilaksanakan melalui metode daring yang menggunakan teknologi digital sehingga sistem belajar dan ujian dilakukan secara online, wisuda atau kelulusan juga dalam format digital. Pada bidang ekonomi akan ada penerapan pasar berjarak, pembatasan jumlah pembeli atau pengunjung dalam suatu toko, modifikasi tempat duduk berjarak pada restoran atau kafe serta jual beli yang berbasis online sehingga tumbuhnya pola transaksi cashless. Dalam lingkungan masyarakat pola menggunakan masker dan cuci tangan sesering mungkin akan terus berlanjut, pesta atau kegiatan semacamnya dilakukan secara lebih privat, dan bersosialisasi menggunakan aplikasi video atau yang berbasis digital.
Untuk pemberlakuan new normal tentu membutuhkan persiapan yang baik dan matang. Aspek infrastruktur diharapkan tersedia dengan layak dan mampu mendukung lancarnya kenormalan yang baru seperti ketersediaan dan kesiapan puskesmas, alat pengukuran suhu tubuh, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Selain untuk aspek infrastruktur, persiapan kesehatan mental juga diperlukan. Menerima kenyataan bahwa perubahan dalam kehidupan sedang terjadi dan meresponnya dengan mengikuti perubahan tersebut. Mengikuti perkembangan informasi terbaru mengenai COVID-19 dan menghindari berita-berita palsu (hoax) yang akan mengganggu kesehatan mental dan dapat menyebabkan cemas, khawatir, stres, bahkan depresi. Terus berkomunikasi dengan teman atau kerabat untuk membangun semangat dan saling memberikan motivasi.
Referensi:
Indonesiabaik.id
picture by suara.com