Menyingkap Tabir Deflasi: Kado Beracun atau Harapan Tersembunyi?

KSEI UIN SAIZU PURWOKERTO
6 Min Read

BPS menyatakan Pada bulan September 2024, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12%. Deflasi sebelumnya dapat dilihat di sini. Dalam bulan Mei 2024, 0,03 persen, juni 2024, 0,08%, juli 2024, 0,18%, dan agustus 2024, 0,03%. Ini menunjukkan bahwa deflasi semakin memburuk. Ada saat-saat ketika orang tidak menyadari bahwa deflasi memiliki dua sisi. Ini dapat digambarkan sebagai “kado beracun” yang dapat mengganggu perekonomian dan sebagai “harapan tersembunyi” yang dapat mendorong efisiensi dan reorganisasi.
Mengetahui pengertian deflasi, deflasi adalah penurunan tingkat harga barang dan jasa secara keseluruhan, yang diukur dengan menggunakan indeks harga konsumen (IHK). Tidak seperti disinflasi, yang merupakan perlambatan laju inflasi, di mana harga tetap meningkat tetapi pada tingkat yang lebih rendah. Fenomena ini berbeda dari hal ini. Penurunan permintaan agregat, peningkatan produktivitas, dan kebijakan moneter yang ketat adalah beberapa dari banyak faktor yang dapat menyebabkan defisit. Menurut Fisher (1933), deflasi dapat menyebabkan “likuiditas jatuh”, di mana orang dan bisnis menunda untuk berbelanja karena mengharapkan harga akan turun. Hal ini dapat menyebabkan siklus yang tidak menguntungkan di mana permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi, dan lapangan kerja menurun lebih lanjut.
Deflasi dapat terjadi karena beberapa alasan, diantaranya adalah penurunan jumlah uang beredar di masyarakat karena orang cenderung menyimpan uangnya di bank, penurunan permintaan akan barang sementara produksi barang terus meningkat atau tidak dapat dikurangi, sehingga orang tidak lagi membeli barang tersebut karena bosan atau karena mereka tidak bisa membayarnya, dan perlambatan kegiatan ekonomi sehingga banyak pekerja yang terdampak karena berkurangnya pengahsilan.
Dampak deflasi terhadap ekonomi dapat bervariasi tergantung pada situasi dan bagaimana para pelaku ekonomi menanggapinya. Mari kita lihat dampak deflasi dari dua sudut pandang utama. Sebagian besar orang percaya bahwa inflasi akan merusak ekonomi. Menurut beberapa alasan, deflasi dianggap berbahaya:

  1. Penurunan Permintaan Agregat: Pelanggan dan bisnis cenderung menunda pembelanjaan mereka ketika harga barang dan jasa mulai turun, berharap harga akan turun lebih jauh lagi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan permintaan agregat, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan penurunan produksi dan peningkatan pengangguran.
  2. Beban utang dapat meningkat sebagai akibat dari peningkatan deflasi. Nilai riil dari utang yang harus dibayar meningkat seiring penurunan harga.
  3. Ketidakpastian Ekonomi: Deflasi menimbulkan ketidakpastian di pasar, yang dapat menyebabkan kebangkrutan bagi individu dan bisnis yang tidak dapat memenuhi kewajiban utang mereka. Akibatnya, krisis ekonomi dapat menjadi lebih parah. Jika bisnis tidak yakin tentang permintaan masa depan, mereka mungkin menunda investasi dan kemajuan. Ini dapat menghambat pertumbuhan jangka panjang mereka.
  4. Siklus Deflasi yang Berbahaya: Memecah siklus deflasi bisa sangat sulit. Ketika ekonomi mengalami deflasi, penurunan harga dapat menyebabkan penurunan pendapatan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan pengeluaran lebih lanjut, yang menyebabkan siklus yang sulit diputus.

Meskipun deflasi memiliki banyak risiko, ada juga argumen yang menunjukkan bahwa deflasi juga dapat membuka peluang baru bagi perekonomian

  1. Mendorong Efisiensi Deflasi dapat mendorong bisnis untuk menjadi lebih efisien. Perusahaan mungkin mencari cara untuk mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas dalam upaya mereka untuk mempertahankan profitabilitas di tengah penurunan harga. Hal ini dapat mendorong transformasi dan inovasi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
  2. Meningkatkan Daya Beli: Penurunan harga dapat membuat konsumen lebih mampu membeli barang, mendorong konsumsi. Dalam jangka panjang, peningkatan permintaan agregat dapat dicapai jika pelanggan merasa lebih mampu membeli barang dan jasa.
  3. Transformasi Sektor Tertentu: Deflasi dapat menyebabkan perubahan di beberapa industri. Misalnya, industri teknologi dan digital sering berkembang pesat ketika deflasi terjadi karena bisnis berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan menemukan cara baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
  4. Peluang Investasi Deflasi juga dapat menghasilkan peluang investasi. Investor mungkin dapat membeli aset dengan harga yang lebih baik ketika harganya lebih rendah.

Untuk mengatasi potensi deflasi, pemerintah dan bank sentral memiliki beberapa strategi yang dapat diterapkan:

  1. Kebijakan Moneter yang Longgar: Bank sentral dapat menerapkan kebijakan moneter yang longgar untuk mendorong pinjaman dan investasi dan mencegah deflasi. Tujuan kebijakan ini adalah untuk mencegah penurunan harga lebih lanjut dan meningkatkan permintaan agregat.
  2. Stimulus Fiskal: Pemerintah dapat menggunakan stimulus fiskal untuk meningkatkan permintaan dengan meningkatkan anggaran untuk program sosial dan infrastruktur. Stimulus ini mungkin meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi risiko deflasi.
  3. Mendorong Inovasi Pemerintah dapat mendorong bisnis untuk berinvestasi dalam R&D. Perusahaan yang mendorong inovasi dapat meningkatkan efisiensi dan menemukan cara baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, yang dapat membantu pertumbuhan mereka.
  4. Pendidikan dan kesadaran publik tentang deflasi dan dampaknya sangat penting. Konsumen dan pelaku bisnis dapat membuat keputusan pengeluaran dan investasi yang lebih baik dengan informasi yang lebih baik.

Kesimpulan
Fenomena deflasi memiliki dua sisi yang dapat mempengaruhi perekonomian secara berbeda. Di satu sisi, deflasi dapat membawa dampak negatif, seperti penurunan permintaan agregat, meningkatnya beban utang, ketidakpastian ekonomi, dan siklus deflasi yang sulit dihentikan. Namun, di sisi lain, deflasi juga membuka peluang bagi efisiensi ekonomi, peningkatan daya beli konsumen, transformasi sektor tertentu, dan peluang investasi.
Untuk mengatasi dampak negatif deflasi, pemerintah dan bank sentral dapat menerapkan kebijakan moneter yang longgar, melakukan stimulus fiskal, serta mendorong inovasi di sektor bisnis. Edukasi dan kesadaran masyarakat terhadap dampak deflasi juga penting agar konsumen dan pelaku bisnis dapat membuat keputusan ekonomi yang lebih bijak.

Sumber Gambar :

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.megasyariah.co.id%2Fid%2Fartikel%2Fedukasi-tips%2Finvestasi-syariah%2Fapa-itu-deflasi&psig=AOvVaw0NiwuWtXPiU-_cVZNKNGa2&ust=1732198297651000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBQQjRxqFwoTCOCfn9SL64kDFQAAAAAdAAAAABAE

Referensi :

https://berkas.dpr.go.id/pusaka/files/info_singkat/Info%20Singkat-XVI-15-I-P3DI-Agustus-2024-219.pdf
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/lubuksikaping/id/data-publikasi/artikel/3145-mengenal-deflasi-dan-inflasi-serta-pengaruhnya-terhadap-perekonomian.html
https://m.antaranews.com/berita/4368219/bps-ekonomi-ri-deflasi-012-persen-pada-september-2024
Opini, P. Y. D. D., & Nizamuddin, S. E. AGREGAT INFLASI BERBASIS OPINI.

Penulis : Desi Andriani Puspitasari & Latifahtul Ulum

Share this Article
Leave a comment