Membangun Mindset Entrepreneur Ala Abdurrahman Bin Auf

KSEI UIN SAIZU PURWOKERTO
10 Min Read

Membangun Mindset Entrepreneur Ala Abdurrahman Bin Auf

 

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan Kewirausahaan (Entrepreneur). Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Kewirausahaan adalah ilmu, seni, maupun perilaku, sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif create new dan different guna menciptakan nilai tambah value added agar mampu bersaing, mampu mengambil resiko, jujur, dan tanggung jawab dengan tujuan menciptakan kemakmuran individu dan masyarakat.

Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang kewirausahaan atau entrepreneurship. Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng. Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras, menurut Wafihuddin dalam buku entrepreneurship adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui prosese yang penuh dengan tantangan (risiko). Dengan kata lain, orang yang berani melewati risiko akan memperoleh peluang rezeki yang besar. Kata rezeki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus resiko. Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW, istrinya, dan sebagian besar sahabtnya adalah para pedagang dan entrepreneur mancanegara yang piawai. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship inherent dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan keseluruh dunia setidaknya sampai abad ke-13 M, oleh para pedagang muslim.

Sebagai entrepreneur haruslah memegang nilai-nilai etika bisnis dengan benar. Harus jujur, bisa di percaya, tidak berkata bohong dan senantiasa menyesuaikan antara perkataannya, tindakannya dan kemauannya. Seorang entrepreneur muslim harus memegang teguh sifat shiddiq, amanah, tabligh, fathanah, yang bertujuan untuk senantiasa membangun relationship inter atau antar sesama. Disinilah, untuk meraih kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat,Islam tidak hanya mengajarkan kepada pemeluknya untuk beribadah mahdah, tetapi juga sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras. Kendati demikian, bukan berarti tanpa kendali. Antara iman dan amal harus ada interaksi. Artinya, betapa pun kerasnya usaha yang dilakukan, harus selalu dalam bingkai hukum Islam. Salah satu kerja keras yang didorong Islam adalah berwirausaha.

Dari aktifitas perdagangan yang dilakukan Nabi SAW dan sebagian besar sahabat bahkan termasuk Abdurrahman bin Auf telah mengubah pandangan manusia dalam perspektif wirausaha, bahwa semua manusia mempunyai kesempatan untuk sukses dan mendapatkan rezeki yang halal, jika ia mampu untuk memulai usaha dan mengubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi atau uang yang banyak melainkan pada pekerjaan.

Abdurrahman bin Auf lahir 10 tahun setelah tahun gajah, meninggal pada umur 72 tahun, adalah salah seorang dari sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal. Beliau adalah salah seorang dari delapan orang pertama (As-Sabiqunal Awwalun) yang menerima agama Islam, yaitu dua hari setelah Abu Bakar. Abdurrahman bin Auf berasal dari Jurai keturunan Bani Zuhrah dan dilahirkan pada tahun 580 Masehi, 10 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ayahnya bernama Auf bin Abdul Auf al-Harith, sedangkan ibunya bernama Siti As-Syifa.

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Rasulullah SAW yang tergolong kaya raya dan memiliki harta yang begitu banyak. Kekayaan Abdurrahman bin Auf bahkan mampu membuat kegaduhan diseluruh pelosok kota Madinah. Sahabat Rasulullah yang satu ini mempunyai jiwa bisnis yang tinggi. Bahkan saking mahirnya dalam berwirausaha, Abdurrahman bin Auf pernahberkata:

“Seandainya aku mengangkat batu, niscaya kutemukan emas (uang dinar) dan perak (uang dirham) dibawahnya”. Abdurrahman berucap tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk bersikap sombong, melainkan hanya sebagai gambaran tentang dirinya yang sangat mandiri dan senang berwirausaha. Jadi maksud dari ungkapan tersebut adalah Abdurrahman bin Auf mampu mandiri dalam usaha perdagangannya dan bahkan beliau dapat membaca peluang bisnis sekecil apapun untuk mencari keuntungan. Kepiawaiannya dalam berbisnis dan berdagang memang tidak dapat diragukan lagi. Semua orang dizaman itu mengakui kehebatannya tersebut. Da juga termasuk sahabat yang sering menemukan hartanya di jalan Allah SWT.

Berikut adalah Sumbangan besar Abdurrahman bin Auf untuk Islam yaitu:

  1. Abdurrahman bin Auf menyumbang sebanyak 4000 dirham, 500 kuda perang dan 1.500 unta untuk keperluan perang tabuk pada tahun kesembilan Hijriah, hamoir separuh dari harta yang dimilikinya.
  2. Beliau juga menyantuni para veteran perang badar yang masih hidup waktu itu dengan santunan sebesar 400 Dinar emas (Sekitar Rp. 480 juta) per orang untuk veteran yang jumlahnya tidak kurang dari 100 orang.
  3. Menjual tanah dengan harga 40.000 dinar (sekarang senilai Rp. 43 Milyar uang sekarang) dan dibagi kepada Bani Zuhrah, istri-istri Nabi Muhammad SAW, anak yatim dan fakir miskin.
  4. Menymbangkan 700 ekor unta yang penuh dengan barang keperluan yanng baru balik bersama rombongan bisnis kepada penduduk Madinah.

Kesuksesan Abdurrahman bin Auf dalam berbisnis tidak dapat dilepaskan dari pola manajemen yang beliau gunakan dalam menjalankan usahanya. Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai pebisnis yang handal dan selalu mengikuti rambu-rambu syariat Islam. Kezuhudannya pada harta dan materi duniawi sudah masyhur dikalangan para sahabat. Apabila Abdurrahman bin Auf ditanya apakah rahasia dalam membina perdagangan atau perniagaan yang maju, beliau menjawab: Saya (Abdurrahman) tidak pernah menjual barang yang cacat dan saya tidak berkehendak keuntungan yang terlalu banyak. Allah SWT memberkati orang-orang yang dikehendaki-Nya. Dalam hal ini, Abdurrahman bin Auf dapat dijadikan teladan oleh kaum muslimin yang bergelut dalam dunia wirausaha. Dengan tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam, bisnis justru akan berkembang menuju kesuksesan sekaligus membawa keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Abdurrahman bin Auf adalah contoh terbaik kepada orang Islam yang bercita-cita ingin menjadi seorang hartawan yang bertakwa. Konsep yang dilakukan beliau itu berjaya memahat namanya di bibir orang ramai sebagai seorang ahli perniagaan atau wirausaha yang bijaksana dan memiliki makna yang luar biasa. Rahasia Abdurrahman bin Auf yang dapat diteladani agar mampu meraih kesuksesan dalam bidang entrepreneur adalah sebagai berikut:

  1. Memiliki Kepercayaan Diri dan Kemandirian yang tinggi

Untuk memulai suatu bisnis, diperlukan kepercayaan diri yang tinggi, karena tanpa rasa percaya diri sulit rasanya mengawali untuk membuka usaha. Berapa pun modal yang dimiliki jika tidak mempunyai keberanian maka tetap saja sulit untuk mulai membuka usaha. Namun, apabila sudah memiliki kepercayaan diri tanpa modal pun sebenarnya sudah bisa memulai usaha.

  1. Berbisnis yang Halal: Mulai dari Modal, Proses, Hingga Penjualan

Modal memang menjadi persoalan yang cukup pentingg dalam dunia bisnis, akan tetapi itu bukanlah hal yang paling menentukan keberhasilan suatu usaha, perlu dipahami modal bukan segala-galanya. Namun, tanpa modal yang mencukupi, bisnis juga seringkali sulit berkembang. Meski demikian, bukan berarti harus mati-matian untuk mendapatkan modal tanpa memerhatikan dari mana itu berasal, apakah dari cara yang halal atau haram. Jika modal telah didapatkan dengan cara yang halal dan sesuai dengan syariat Islam, maka langkah selanjutnya adalah menjalankan bisnis dengan cara yang halal juga.

  1. Super Team

Tim mempunyai tugas dan tujuan tertentu, membutuhkan saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara anggotanya dan sasaran hanya dapat dicapai dengan bersama-sama. Semakin tumbuh dan berkembang bisnis yang dijalankan maka semakin banyak orang yang terlibat dalam bisnis tersebut dan disaat itulah bisnis tersebut ditentukan oleh tim.

  1. Menjaga Kepercayaan Relasi Bisnis

Cara menjaga kepercayaan relasi bisnis dapat dilakukan dengan menjaga kualitas barang dan juga menjadi pembayaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan cara yang harus dilakukan untuk menjaga kepercayaan pelanggan adalah dengan memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan. Selain itu, wajib dipastikan barang yang kita jual mempunyai kualitas yang baik dan tidak cacat. Kesuksesan yang diraih Abdurrahman bin Auf tidak terlepas dari kedisiplinan yang dia terapkan untuk menjaga kepercayaan rekan bisnis dan para konsumen.

  1. Rajin Bersedekah

Abdurrahman bin Auf orang sangat rajin bersedekah bahkan beliau sangat banyak menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT dalam perperangan salah satunya dan harta itu semakin banyak harta yang dimiliki manusia, akan semakin lama prosesperhitungan (hisab) yang akan dijalaninya. Dan alasan ini cukup logis dari ucapan Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan karena beliau harus menjalani proseshisab terlebih dulu. Karenanya, dengan menyedekahkan banyak harta yang beliau miliki, Abdurrahman bin Auf bermaksud agar proses perhitungan amal baiknya di akhirat nanti berlangsung lebih cepat. Dengan begitu, beliau bisa segera menyusul Rasulullah SAW beserta para sahabat lainnya menuju surga.

 

 

 

 

 

 

 

 

Penulis: Tri Nur Fatimah

 

Sumber Gambar: Islampos.com

Sumber Refrensi:

Agustin, Hamdi. Studi Kelayakan Bisnis Syariah. 2017.

Auf, Abdurrahman Bin. Konsep Dakwah Entrepreneur Menurut.

Haslinah, H. (2018). Abdurrahman bin Auf (Biografi dan Perjuangan dalam Membela Islam) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

 

TAGGED:
Share this Article
1505 Comments