ASEAN MATTERS :EPICENTRUM OF GROWTH
Kiprah kepemimpinan Indonesia di tingkat global masih terus berlanjut melalui keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 dalam jalur ekonomi khususnya pilar keuangan. Kepemimpinan Indonesia ini akan menghasilkan aksi nyata melalui pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernus Bank Sentral atau the 1st ASEAN Finnance Ministers and Central Bank Governous Meeting (AFMGM) pada 31 Maret 2023.
Terdapat berbagai rangkaian dalam pertemuan ASEAN 2023 yang berlangsung dari tanggal 28 Maret – 31 Maret 2023 yang bertempatan di Bali. Forum ASEAN ini merupakan wujud kerja keras bersama. Keberhasilan Indonesia memegang peran keketuaan di forum internasional telah mendapatkan banyak apresiasi. Di tengah berbagai krisis dan tantangan global, Indonesia dinilai sukses menghasilkan deklarasi dan juga solusi yang dapat diadopsi oleh berbagai negara, dalam gelaran G20 yang dilaksanakan pada 15-16 November 2022 di Bali.
Dengan adanya ASEAN 2023 di Indonesia ini turut membantu melambungkan nama baik Indonesia dimata dunia melalui ekonominya, dibawahi oleh Menteri Keuangan Indonesia yaitu Ibu Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia bapak Perry Warjiyo Indonesia semakin unggul dibuktikan juga dengan data Badan Pusat Statistik yang mengatakan tingkat inflasi IHK semakin menurun menjadi 0,18 (mtm) pada bulan Maret 2023.
ASEAN ini juga merupakan sebuah momentum untuk unjuk kemampuan menjangkar stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan di Kawasan ASEAN. Pertemuan ini dihadiri oleh 11 negara Kawasan ASEAN, 6 organisasi internasional dan lebih dari 260 delegasi. Pada tahun ini mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”. Dengan diadakannya asean ini sangat baik untuk memastikan ASEAN semakin relevan bagi dunia, memperkuat asean sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, berperan penting tak hanya bagi negara di dalam Kawasan, tetapi juga bagi dunia.
Pada ASEAN 2023 ini membawa 3 pilar yaitu Priorities Economic Deliverables (PEDs) di jalur ekonomi :
- Recover Building
Kerangka kebijakan ekonomi yang kuat dan kredibel, didukung dengan kerangka bauran kebijakan fiscal dan moneter.
- Digital Economy
Pemanfaatan digitalisasi untuk penguatan konektivitas pembayaran di kawasan ASEAN untuk mendukung perekonomian dan mempromosikan inklusi keuangan.
- Sustainability
Pembiayaan yang berkelanjutan guna mendorong pertumbuhan yang inklusif dan hijau.
Dari 3 pilar tersebut, pilar kedua memiliki manfaat yakni dengan adanya digitalisasi di sector keuangan telah terbukti mengatasi hambatan infrastuktur secara fisik dan menurunkan biaya transaksi. Hasilnya inklusi keuangan pun meningkat, terlebih bagi kelompok masyarakat yang kurang terlayani dan rentan.Namun, Percepatan Digitalisasi di sector keuangan dapat meningkatkan resiko eksklusi keuangan, terutama bagi kelompok yang rentan dan kurang terlayani secara finansial. Resiko ini dapat disebabkan oleh kurangnya literasi keuangan dan digital, akses yang tidak memadai terhadap infrastuktur digital, masalah privasi data, kejahatan siber dan penipuan, serta praktik pinjaman online yang tidak sesuai.
Solusi dari masalah diatas adalah dengan adanya regulator, kerangka hukum dan peraturan yang mendukung serta membangun ekosistem yang sehat, dan upaya perlindungan konsumen juga menjadi hal yang sangat penting. Di sisi masyarakat juga perlu di tingkatkan literasi keuangan supaya masyarakat bisa terhindar dari resiko keuangan.
Dalam ASEAN 2023 kemarin juga 11 negara kompak dukung inklusi keuangan karena dengan besarnya manfaat inklusi keuangan khususnya bagi para UMKM, mendorong negara anggota ASEAN untuk melakukan pembahasan penerapam strategi inovatif untuk meningkatkan inklusi keuangan.Ragam produk UMKM berbalut tema “Discover Indonesia” juga ikut serta dipertontonkan sekaligus untuk menunjukan kualitas produk pengrajin dalam negeri ke mata dunia. Sejalan dengan semangat “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, promosi UMKM ini diharapkan dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi , juga meningkatkan inklusi keuangan.
Oleh : Riska Linda Febriaeni
Sumber Gambar : Berita Dewata