Oleh Melia Winda Lestari
Presiden KSEI IAIN Purwokerto
Indonesia negara dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia merupakan negara dengan beragam suku, agama, ras dan budaya. Tidak hanya menyimpan berbagai kekayaan sosial, tetapi juga kekayaan alam yang amat melimpah dengan berjuta jenis biota laut ada di negara ini. Namun, disamping itu, Indonesia juga didominasi oleh penduduk bermata pencaharian sebagai petani, karena masih banyaknya lahan persawahan yang terbentang sangat luas di seluruh penjuru negeri. Dengan segala kekayaan ini, Indonesia sepantasnya sudah menjadi salah satu negara yang menduduki posisi “negara maju”. Namun pada kenyataannya, Indonesia masih dianggap sebagai negara berkembang dan masih tergolong sebagai negara ketiga. Hal ini saya rasa bukan karena kurangnya berbagai sumber daya alam yang sudah melimpah, melainkan kualitas dari sumber daya manusia yang ada di Indonesia yang masih terbilang cukup rendah, di mana masih banyak penduduk yang putus sekolah, minimnya softskill para tenaga kerja, indeks kesehatan yang masih rendah, dan masih banyak lagi hal lain yang menyebabkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia tergolong masih buruk. Dari tahun ke tahun pemerintah selalu berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk ke arah yang lebih baik dengan berbagai kebijakan yang ada. Untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan segala aspek yang mendukung kemajuan negara maka tidak jauh dari bahasan mengenai bidang ekonomi.
Di tahun 2020 ini pemerintah masih berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara dengan harapan akan tumbuh seperti kenaikan seperti yang terjadi di tahun lalu. Berdasarkan yang saya kutip dari laman katadata.id pemerintah memproyeksikan ekonomi Indonesia akan naik sebesar 2.3% di tahun ini. Optimisme pemerintah ini harusnya memang tidak hanya memandang kondisi yang terjadi di dalam negeri, melainkan juga harus pandai dalam membaca kondisi global, baik dalam hal ekonomi yang menjadi tolak ukur paling penting, dan juga harus memperhatikan kondisi politik global terutama dengan negara-negara yang mendominasi hubungan dengan Indonesia, khususnya China.
Data Skenario Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sumber : katadata.co.id
Belakangan ini jika kita mendengar kata “China” yang melekat bukan lagi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia ataupun negara yang menguasai ekonomi dunia, melainkan istilah “Virus Corona/Covid-19”. Istilah ini menjadi perbincangan bukan hanya di Indonesia, melainkan hampir seluruh dunia. Virus yang tak terlihat secara kasap mata, tetapi mampu membunuh banyak manusia di dunia. Wuhan merupakan sebuah kota kecil di China yang menjadi asal muasal virus ini berkembang biak. Dalam hitungan bulan saja, virus ini sudah menjangkau banyak negara secara tak tampak dan mengakibatkan kelumpuhan di banyak negara khususnya di bidang kesehatan dan ekonomi. Sehingga memaksa pemerintah di berbagai negara untuk memberlakukan berbagai kebijakan untuk memberantas virus ini.
Di Indonesia sendiri virus ini mulai masuk pada awal bulan Maret tahun ini. Awal mulanya Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto sudah optimis bahwa virus ini tidak akan masuk ke negara ini. Namun apalah daya, nyatanya dalam hitungan bulan virus ini sudah meracuni banyak negara yang salah satunya Indonesia. Virus ini sudah banyak membawa dampak bagi negeri ini, baik positif ataupun negatif. Jika dilihat dari sisi positifnya dengan adanya virus ini berdampak munculnya kebijakan baru dari pemerintah yakni WFH (Work From Home) di mana semua masyarakat dianjurkan untuk bekerja, sekolah dan beribadah dari rumah. Sehingga semua aktivitas yang berlangsung di luar rumah untuk beberapa waktu dihentikan demi mencegah penyebaran virus ini. Secara tidak langsung, kebijakan ini membuat udara menjadi lebih bersih karena tidak banyak polusi yang dihasilkan oleh mesin-mesin yang digerakkan oleh manusia. Namun, jika dilihat sisi negatif dengan adanya virus ini yang hampir semua aspek dalam negeri terkena imbasnya, seperti kesehatan masyarakat, ekonomi, pariwisata, pendidikan, sosial dan masih banyak lagi. Sejauh ini sampai tanggal 10 April 2020 berdasarkan data yang saya peroleh dari laman wartaekonomi.co.id menurut juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 3.512 orang.
Dengan semakin menyebarnya virus ini, hampir semua aktivitas masyarakat menjadi lumpuh. Seperti pada saat ini semua aktivitas pendidikan dilakukan melalui pembelajaran daring (online), sebagian besar pegawai dipekerjakan dari rumah, dan ini masih lebih baik disamping ada juga banyak tenaga kerja yang di rumahkan atau PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) karena perusahaan yang tak mampu lagi menanggung beban penghasilan para pekerjanya. Berdasarkan data yang saya ambil dari kumparan.com ada sejumlah sekitar 1.2 juta tenaga kerja yang sudah dirumahkan sampai minggu kedua di bulan April ini. Belum lagi dari sektor pariwisata yang harusnya menjadi peluang besar Indonesia untuk meningkatkan pendapatan negara menjadi turun drastis akibat tidak adanya wisatawan yang dapat menikmati aneka wisata di Indonesia karena virus ini.
Dari semua kejadian yang sudah disebutkan diatas membuat pemerintah untuk jungkir balik membuat berbagai kebijakan luar biasa yang disesuaikan dengan keadaan yang ada. Seperti mengeluarkan stimulus fiskal, menaikkan besaran penerimaan bantuan sosial, menerbitkan Kartu Pra Kerja dan Kartu Sembako, memberikan pembebasan tarif dan diskon tarif listrik, stimulus KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan masih ada beberapa lainnya. Dari beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah serius dalam menanggulangi dampak dari adanya virus Covid-19 ini. Namun jika ditelusuri lebih dalam, ada beberapa hal yang menurut saya menjadi kurang tepat, di mana pemerintah justru lebih fokus pada dampak yang terjadi, bukan pada pemberantasan virus ini. Jika pemerintah terus menerus fokus pada dampak dan bukan pada langkah penanggulangan, saya rasa virus ini akan terus memakan korban sejalan dengan terus berkembangnya virus yang tak nampak ini. Walaupun beberapa saat lalu pemerintah sudah mengimpor vaksin untuk pencegahan Covid-19 yakni Avigan dan Klorokuin, tapi sampai sekarang vaksin ini belum berpengaruh secara signifikan dalam mengurangi penyebaran Covid-19 terbukti dengan terus meningkatnya jumlah pasien positif Covid-19 ini.
Mungkin semua ini merupakan langkah pemerintah untuk tetap bisa meraih kenaikan positif pada pertumbuhan ekonomi negara dengan memfokuskan pada kebijakan-kebijakan luar biasa yang dikeluarkan saat ini. Namun, sisi kemanusiaan juga harus diperhatikan saat pemerintah ingin mempertahankan optimisme kenaikan positif pada pertumbuhan ekonomi negara. Tidak hanya itu, pemerintah juga harusnya berupaya semaksimal mungkin untuk memulihkan keadaan utamanya di bidang kesehatan masyarakat agar mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara ini. Apabila masih diulur-ulur, maka saya yakin kondisi ekonomi negara pasca Covid-19 ini akan semakin lama untuk bangkit dan tumbuh kembali.
Inilah yang masih menjadi pro kontra di masyarakat sampai sekarang. Namun, kita sebagai generasi milenial khususnya, juga selaknya bukan hanya “koar-koar” di media sosial mengenai keadaan negara saat ini. Menurut Data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2018 mencatat, bahwa populasi generasi milenial di Indonesia adalah sekitar 90 juta. Dengan jumlah yang sangat besar ini generasi milenial disebut sebagai “penguasa digital” di mana generasi inilah yang memegang kendali di dunia maya. Menurut saya generasi milenial ini harusnya mampu melakukan gebrakan positif dengan berbagai cara mulai dari cara yang sederhana untuk dapat menekan penyebaran Covid-19, seperti melalui media sosial. Hari ini banyak bertebaran berita hoax disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab mengenai Covid-19. Di sinilah posisi kita sebagai generasi milenial harusnya mampu menempatkan diri dengan menangkal semua hoax yang ada dan dengan menyebarkan konten positif utamanya mengenai Covid-19 ini agar masyarakat mempunyai asupan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Selain melalui media sosial, ada acara lain yang juga dapat kita lakukan, yakni dengan sosialisasi baik secara langsung maupun daring (online) ke masyarakat yang bersifat edukatif dengan berbagai kemasan, seperti mengedukasi masyarakat melalui broadcast di akun sosial media, melakukan diskusi ataupun kajian online yang akan menjadi efektif apabila benar-benar bisa dimaksimalkan oleh kita para generasi milenial ini. Dari hal inilah secara tidak langsung, masyarakat akan paham dengan segala informasi mengenai Covid-19 dan dapat bersikap bijak dalam rangka upaya pencegahannya.
Referensi :
image from : holamigo.id