Social Distancing dan Ketegangan Ekonomi di Indonesia
Oleh Tri Nur Fatimah
(Departemen Research and Development)
Virus corona disebut-sebut sebagai penyebab covid-19, ini jelas menjadi momok bagi dunia tidak terkecuali Indonesia pasalnya telah merenggut banyak nyawa dan penyebaran yang cepat. Meluasnya penyebaran virus corona menjadikannya hal yang serius untuk segera ditangani. Gerak cepat pemerintah dalam menentukan tindakan yang tepat dalam mencegah penularan virus memanglah sangat diperlukan, berbagai upaya telah dibuat oleh pemerintah guna mencegah penyeberan virus corona, satu diantaranya adalah pembatasan sosial atau bisa disebut dengan social distancing. Social distancing sendiri merupakan tindakan mengurangi jumlah aktivitas di luar rumah dan interaksi dengan orang lain, mengurangi kontak tatap muka secara langsung.
Pada awal bulan maret presiden Joko Widodo telah menerapkan kebijakan social distancing, presiden menghimbau rakyatnya supaya bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah dari rumah. Hal tersebut tentunya dilakukan guna untuk mengurangi atau mencegah penyebaran virus corona supaya tidak menyebar lebih luas, namun dari penerapan kebijakan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi perekonomian indonesia.
Work from home atau bekerja dari rumah, tentunya akan berdampak langsung pada ekonomi rakyat yang bekerja disektor informal. Para pekerja informal yaitu mereka yang harus bekerja setiap hari demi untuk mendapatkan uang, apabila mereka tidak berkerja maka kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi atau istilah kasarnya mereka tidak bisa hidup, contoh dalam kasusnya yaitu apabila para pekerja kantoran tidak masuk ke kantor tentunya hal itu berdampak pada warung makan atau pedagang kaki lima yang berada disekitar kantor, para pemilik warung akan mengalami penurunan pendapatan dikarenakan sepinya pembeli.
Mereka sebenarnya takut untuk melakukan aktivitas dan kerja pada masa social distancing, namun kebutuhan hidup yang tidak dapat ditunda, memaksakan mereka untuk bekerja mencari penghasilan ditengah-tengah merebaknya virus corona pada saat ini, hal ini lah yang penting diperhatikan pemerintah untuk mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat menengah bawah atau para pekerja informal.
Masyarakat kelas bawah khawatir pada naiknya harga sembako di Indonesia gara-gara wabah ini. Kekhawatiran itu dirasakan oleh pedagang hampir di seluruh Indonesia. Banyak para pedagang hanya datang ke pasar meski mereka tidak membuka dagangannya, Oleh karena itu pemerintah sendiri berencana mengeluarkan paket stimulus tangkal corona. Secara khusus paket ini diberikan pada sektor informal termasuk pedagang kaki lima.
“Pak Menko (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto) tadi menyampaikan akan memikirkan untuk sektor informal seperti warung-warung kecil juga pekerja informal lain supaya mendapat insentifnya agar bisa menikmati juga,” ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman kepada detikcom, Kamis (19/3/2020)
Rencana kebijakan itu disampaikan Airlangga dalam Rapat Koordinasi Pangan yang diselenggarakan di kantornya bersama berbagai asosiasi terkait seperti Gapmmi, Aprindo, hingga Hippindo.
Demi mempercepat terwujudnya insentif tersebut, dalam waktu dekat Airlangga akan melakukan pertemuan lanjutan dengan Menteri Keuangan untuk menerbitkan kebijakan itu. Semoga paket stimulus tersebut dapat berimbas langsung kepada para pedagang kaki lima yang sedang mengalami kesulitan ekonomi saat ini.
Kondisi ekonomi indonesia ditengah merebaknya virus corona menunjukan grafik yang menurun, hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh faktor eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri seiring dengan menurunnya sentimen bisnis dan konsumen. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya sebesar 2,5%. Angka itu turun separuhnya dari tahun 2019 sebesar 5,0%.
ADB memperkirakan inflasi naik tipis ke 3,0% pada tahun ini dari tahun sebelumnya 2,8%. Kemudian turun lagi menjadi 2,8% di tahun 2021.Tekanan inflasi dari ketatnya pasokan pangan dan depresiasi mata uang diperkirakan akan dapat diimbangi sebagian oleh penurunan harga bahan bakar non-subsidi, serta subsidi tambahan untuk listrik dan pangan.
Sementara itu, pendapatan ekspor dari pariwisata dan komoditas diperkirakan akan menurun, sehingga menyebabkan defisit transaksi berjalan mencapai 2,9% dari produk domestik bruto pada tahun 2020. Seiring pulihnya taraf ekspor dan investasi pada 2021, volume barang modal impor yang lebih besar akan menyebabkan defisit transaksi berjalan tetap sama seperti pada 2020. Namun, sejalan dengan pulihnya perekonomian dunia tahun depan, pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan memperoleh momentum, dibantu dengan reformasi di bidang investasi yang dikeluarkan baru-baru ini.
Dalam menanggapi kondisi sekarang, diperlukannya kekompakan antara pemerintah dan rakatnya hal ini bertujuan guna untuk penghentian proses penularan virus corona di Indonesia kususnya dan dunia pada umumnya, apabila virus corona bisa diatasi dengan cepat dan tanggap tentunya hal tersebut akan mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia untuk pulih kembali.
Sumber referensi:
https://www.beritasatu.com/tajuk/6593/lebih-tegas-mencegah-corona
https://lbhyogyakarta.org/2020/03/31/social-distancing-atau-lockdown-dampak-tetap-menimpa-buruh/
image from: cinemags.co.id